Kota Tangerang - Menyambut Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025, Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang gencar memamerkan beragam inovasi pengelolaan sampah yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan lingkungan. Namun, ironi justru mencuat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing, yang kondisinya kian memprihatinkan dan mengancam efektivitas program-program unggulan tersebut.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangerang, Wawan Fauzi, dengan penuh semangat menjelaskan berbagai terobosan yang telah diimplementasikan. Inovasi tersebut mencakup teknologi Refused Derived Fuel (RDF) yang mengubah sampah menjadi energi alternatif, optimalisasi Bank Sampah sebagai solusi ekonomi sirkular, serta penyediaan becak motor (bentor) sampah di 104 kelurahan sebagai garda depan pengumpulan sampah berbasis komunitas. Langkah-langkah ini, menurutnya, bertujuan untuk mengurangi volume sampah yang membebani TPA.
Namun, realita di lapangan berbicara lain. TPA Rawa Kucing, yang seharusnya menjadi hilir dari sistem pengelolaan sampah terpadu, justru tampak kewalahan menampung gunungan sampah yang terus menggunung. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar terkait efektivitas pengelolaan sampah secara keseluruhan dan apakah inovasi yang dicanangkan benar-benar dapat mengatasi masalah yang ada.
Kami terus berupaya menekan jumlah sampah yang masuk ke TPA dengan berbagai inovasi ujar Wawan Fauzi. Ia juga menambahkan bahwa Pemkot Tangerang tak henti-hentinya mengedukasi masyarakat untuk mengurangi sampah dari sumbernya, serta menggalakkan program pemanfaatan maggot untuk mengurai sampah organik. Program Sekolah Adiwiyata pun terus diprioritaskan untuk menanamkan budaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sejak dini.
Ironisnya, di tengah upaya pemerintah yang tampak serius, kesadaran masyarakat di sekitar TPA Rawa Kucing justru terlihat memudar. Alih-alih merasa terganggu dengan kondisi TPA yang memprihatinkan, sebagian warga tampak santai menjalani aktivitas sehari-hari. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan, seberapa efektifkah program-program inovatif tersebut jika tidak diimbangi dengan kesadaran dan partisipasi aktif dari masyarakat?
Wawan Fauzi berharap momentum HPSN 2025 dapat mempererat sinergi antara Pemkot Tangerang dan seluruh elemen masyarakat dalam menjaga kebersihan kota. Namun, tanpa pembenahan mendasar di TPA Rawa Kucing dan peningkatan kesadaran masyarakat, mimpi Kota Tangerang yang bersih, sehat, dan nyaman hanya akan menjadi utopia.
Mari kita jaga kebersihan lingkungan di manapun kita berada imbau Wawan Fauzi. Namun, seruan ini terasa hampa jika TPA Rawa Kucing terus dibiarkan menjadi bom waktu lingkungan yang siap meledak kapan saja. Tanpa tindakan nyata dan kolaborasi yang kuat, tantangan pengelolaan sampah di Kota Tangerang akan terus membayangi masa depan yang lebih bersih dan sehat. (Aman)
Posting Komentar